Anggota : - Elizabeth Manogi
Farchan Gustian
Ni Made Ari Wira A
Seghy Agni Setyawan
Syayu Hanana Yohana Stefani U.
Kelas : 2DB03
·
Contoh penerapan pengolahan citra dalam
bidang kedokteran salah satunya yaitu USG
(Ultrasonografi Medis)
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.
Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
(Ultrasonografi Medis)
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.
Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
Cara
Kerja USG (Ultrasonografi)
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi
lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita
tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia
mempunyai frekuensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz). Sedangkan
dalam pemeriksaan USG ini menggunakan frekuensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut
dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut
transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan
tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan
dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila
dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang
melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan
gelombang suara frekuensi tingi.
Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik
yang dibangkitkan oleh kristal yang diberikan gelombang listrik. Gelombang
ultrasonik adalah gelombang suara yang melampaui batas pendengaran manusia
yaitu diatas 20 kHz atau 20.000 Hz atau 20.000 getaran per detik. Kristal nya
bisa terbuat dari berbagai macam, salah satunya adalah Quartz. Sifat kristal
semacam ini, akan memberikan getaran jika diberikan gelombang listrik. Alat
ultrasonik sendiri ada berbagai tipe. Ada Tipe Scan A, B dan C. Yang biasa
untuk mendeteksi crack pada baja adalah tipe A. Prinsip kerjanya mudah sekali.
Tinggal menggunakan sensor ultrasonik untuk mengirimkan gelombang ultrasonik
dan menangkapnya kembali.
Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus
penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah
menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu
pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian
lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam
pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan yang berasal dari jaringan-jaringan
tersebut akan membentur transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik
lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope.
Gambar 1.1 Contoh Gambar Hasil USG Kehamilan
1.5 Peran Pengelolaan Citra Dalam USG
(Ultrasonografi)
Gambar 1.2 Gambar Citra Dalam USG
Foto-foto tersebut menunjukkan, bayi yang belum
lahir pun ternyata mampu mengejapkan matanya, menguap, mengernyitkan dahi dan
menangis. Sampai saat ini, dokter dan orangtua percaya, janin dalam rahim ibu,
tak dapat tersenyum sampai beberapa minggu setelah lahir. Tetapi ahli kandungan
terkenal asal Inggris, Prof Stuart Campbell yang mempelopori teknik rekaman
gambar ini, mengatakan, pendapat tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Para ahli
berpendapat, bayi tidak tersenyum sampai usia 6 minggu setelah lahir. Padahal,
sebelum lahir pun bayi-bayi itu sering sekali tersenyum. Gambar-gambar ini,
dibuat menggunakan ultrasound 4D, yang mencatat gema/gaung yang berasal dari
rahim ibu, dan mencatatnya secara digital. Pengamatan yang dilakukan selama
berjam-jam, akan menghasilkan gambar yang membuat orangtua seperti menonton
video kehidupan bayinya.
Foto-foto tadi, juga akan membantu dokter
mendapatkan peringatan dini bila bayi-bayi dalam kandungan itu abnormal,
seperti: langit-langit mulutnya terbelah, sindrom down dan kelainan lain yang
berkaitan dengan tungkai, lengan, serta anggota tubuh lainnya. Prof Campbell, mengatakan,
Dengan munculnya gambar-gambar tadi, sejumlah pertanyaan mengenai janin dalam
kandungan, bisa diselidiki. Misalnya, apakah janin dengan problem genetik
memiliki pola gerak yang sama seperti janin normal? Apakah janin-janin itu
tersenyum karena dia merasa bahagia? Atau menangis karena ada suasana atau
kejadian yang menganggunya..? Mengapa janin mengedip-ngedipkan matanya? Padahal
selama ini, kita berasumsi rahim ibu itu gelap gulita. Foto-foto janin ini,
bahkan bisa diambil ketika usia kandungan si ibu baru 12-20 minggu. Biaya
pengambilan gambar janin ini, kira-kira, 275 poundsterling (kurang lebih 4 juta
rupiah).
Yvone Ntimoah (29) yang mengambil gambar bayi
perempuannya “baru berusia 31 minggu“ mengatakan, Ini sangat fantastik.
Tangannya tadinya menutupi wajahnya, tetapi tiba-tiba tangannya terbuka, dan
kami bisa melihat dia tersenyum. Kate Blackwell (29), yang hamil 27 minggu,
menambahkan, Suamiku, Paul, dan aku dapat menyaksikan setiap gerak-gerik bayi
kami. Meski begitu, ahli kandungan lain, Maggie Blott, memiliki pendapat
berbeda. Ia masih tidak percaya bayi dapat tersenyum dalam rahim ibunya.
Memang, bayi-bayi itu seperti tersenyum.”
HASIL UJICOBA DAN PEMBAHASAN
HASIL UJICOBA DAN PEMBAHASAN
Pada proses pelatihan digunakan
60 data citra paru yang berukuran 2010x2010 pixel, terdiri dari data normal,
data kanker paru-paru dan data penyakit paru lain. Sebelum dilakukan pelatihan
data terlebih dahulu dilakukan proses pengolahan citra pada citra paru. proses
pengolahan citra yang dilakukan antara lain yaitu cropping untuk
memotong citra pada bagian daerah paru dan resizing untuk mengubah
dimensi citra menjadi 320x320 pixel. Langkah selajutnya adalah thresholding untuk
mengubah citra menjadi citra biner sehingga dari proses ini backgroud dari
citra dapat dihilangkan. Setelah itu dilakukan proses filter median untuk
menghilangkan noise-noise kecil dari hasil thresholding. Langkah
terakhir dari preprosessing ini adalah BW Labelling untuk
menandai objek-objek yang ada pada citra yang memiliki Hasil dari preprosessing
ini ditunjukkan pada gambar 3. Ekstraksi fitur citra menggunakan
transformasi wavelet haar tujuh level untuk mendapatkan fitur energi dan
koefisien wavelet setiap subband pada masing-masing level sehingga didapatkan
matriks 1x66 pixel sebagai masukan backpropagation.
Gambar 3. Hasil Preprosessing Citra Paru
Pelatihan data dilakukan dengan
memvariasi hidden layer dan jumlah epoh untuk mendapatkan arsitektur
jaringan yang hasil performance (MSE) paling mendekati target eror
0,001. Dari hasil variasi ini di peroleh parameter-parameter yang digunakan
pada proses training yaitu hidden layer = 10, epoh = 3000, learning
rate=0,1 dan target eror = 0,001. Tingkat akurasi yang diperoleh sebesar 100 %
|
Gambar 4. Grafik antara MSE dan
3000 epoh pada hidden layer
Data
yang digunakan untuk proses pengujian ini sebanyak 15 data yang terdiri dari 5
data normal, 5 data kanker paru-paru dan 5 data penyakit paru lain.
Parameter-parameter dari hasil pelatihan digunakan untuk pengujian data baru
yaitu 10 hidden layer, 3000 epoh, learning rate 0,1. Dari pengujian data
menggunakan parameter-parameter tersebut tingkat akurasi yang dihasilkan adalah
sebesar 86,67 %. Tabel 1 menunjukkan akurasi data pengujian dengan nilai 1
untuk kondisi normal, nilai 0 untuk kondisi kanker paru-paru dan nilai -1 untuk
kondisi penyakit paru lain.
Tabel 1. Tingkat Akurasi Data
Pengujian
Pada penelitian ini juga telah
dibuat suatu tampilan apliksi interface seperti pada Gambar 5. Layar
tersebut berguna untuk pengguna mendeteksi hasil foto rontgen thorak paru-paru
dan hasil dari pengolahan citra serta hasil ekstraksi fitur yang dijadikan
masukan pada jaringan saraf tiruan metode backpropagation. Dari hasil
pengujian ini dapat diketahui hasil citra tersebut masuk kedalam kelompok
normal, kanker paru-paru atau penyakit paru lain.
Gambar
5. Tampilan Aplikasi
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar